Retna Tri Astuti
Selasa, 02 Januari 2024
Senin, 01 Februari 2016
MANAJEMEN STRESS PADA REMAJA
MANAJEMEN STRESS PADA REMAJA
A. Remaja
Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak – kanak dan masa dewasa, yang
dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun
sampai
dengan 20 tahun
yaitu
menjelang
masa
dewasa
muda (Soetjiningsih,
2004).
Remaja adalah suatu masa ketika
individu yang berkembang dari saat
pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia
mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2006).
2. Klasifikasi Remaja
Menurut
Soetjiningsih (2004) klasifikasi remaja dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Remaja
Awal (Early Adolescence) yaitu remaja
yang berusia berkisar 11-13 tahun, dimana pada masa ini adalah masa yang paling
penting untuk mengetahui pendidikan seks, karena masa ini remaja cepat tertarik
dengan lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Oleh karena itu, anak
remaja penting untuk mengetahui pendidikan seks sejak dini.
2. Remaja
Madya (Middle Adolescence) yaitu
remaja yang berusia berkisar 14-16 tahun, masa ini adalah masa mengenal diri
sendiri, menjauhkan diri dari keluarga dan lebih senang bergaul dengan
teman-temannya. Remaja mungkin tidak mau berbagi perasaan mereka dengan
orangtuanya, jika tidak ditangani secaraserius dapat menimbulkan kesenjangan
dalam komunikasi dan hilangnya rasa percaya terhadap orang lain. Pada masa ini
remaja memerlukan informasi tentang penularan penyakit menular seksual.
3. Remaja
Akhir (Late Adolescence) yaitu remaja
yang berusia berkisar 17-20 tahun. Masa yang sudah lebih terkontrol oleh karena
masa ini merupakan masa menuju periode dewasa. Pada masa ini remaja mengenal
dirinya sendiri, tahu apa yang menjadi minatnya, mau bersosialisasi dengan
orang lain, tidak terlalu egois terhadap keinginannya sendiri, dan dapat
membedakan antara hal yang pribadi dengan hal yang umum.
2Ma Masalah-masalah pada Remaja
Masalah
yang terjadi dalam remaja menurut tugas perkembangannya dibagi menjadi 3,
diantaranya sebagai berikut :
1. Masalah
yang mungkin timbul karena perkembangan fisik dan psikomotor :
a. Kecanggungan
bergaul antar remaja bahkan dengan orang dewasa sekali pun.
b. Gejala
emosional seperti rasa malu saat menstruasi.
c. Pemuasan
biologis yang tidak tepat.
d. Perkembangan
fisik hormonal dan hormonal yang cepat menimbulkan goncangan.
2. Masalah
yang mungkin timbul berkaitan dengan perkembangan bahasa dan kognitif :
a. Belajar
bahasa asing yang tidak menyenangkan cenderung benci terhadap pelajaran dan
gurunya.
b. Pendidikan.
c. Ketidakselarasan
antara bakat, minat dan kemampuan.
d. Cenderung
berpikir dalam mengambil keputusan hidup.
e. Sangat
rentan dengan pemikiran-pemikiran “sesaat” tetapi dasar logika berpikirnya
kuat.
f. Dengan
berkembangnya kognitif pada masa remaja sangat kaya idealisme, pencari idola,
rasa ingin tahu, dan ingin diakui, dihargai. Jika potensi ini tidak
terfasilitasi dengan tepat sangat mungkin mengalami salah suai.
3. Masalah
yang mungkin timbul berkaitan dengan perkembangan perilaku sosial, emosional,
moralitas, dan keagamaan :
a. Munculnya
perilaku anti sosial pada remaja.
b. Konflik
dengan orang tua.
c. Penyalahgunaan
napza.
d. Mudah
digerakkan dalam perilaku destruktif.
e. Mudah
terlibat dalam kegiatan masa.
f. Seks
bebas.
g. Ikatan
solidaritas, nilai, dan tradisi sebaya sangat kuat.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa remaja mempunyai permasalahan yang sangat kompleks
seiring dengan masa transisi yang dialami remaja. Masalah pada remaja yang
menimbulkan stress karena tuntutan sosial dan pendidikan, misalnya
bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan teman yang karakteristik dan latar
belakangnya berbeda, mengembangkan minat dan bakat dalam kegiatan non akademis,
mendapatkan nilai yang baik untuk melanjutkan kejenjang berikutnya. Masalah
lain yang menonjol di kalangan remaja yaitu permasalahan seputar Seksualitas,
HIV dan AIDS, IMS serta Napza.
B. Pendidikan Kesehatan
Pengertian
Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku
secara terencana pada diri individu, kelompok atau masyarakat untuk dapat lebih
mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Pendidikan kesehatan merupakan
proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu menjadi
tahu, dan dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri menjadi mandiri.
Sehingga pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk
membantu individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik
pengetahuan, sikap maupun ketrampilan agar tercapai hidup sehat secara optimal
(Suliha, 2002).
Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu :
a.
Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di
masyarakat.
b.
Menolong individu agar mampu secara mandiri atau
berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
c.
Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat
sarana pelayanan kesehatan yang ada.
d.
Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab
yang lebih besar pada kesehatan (dirinya).
e.
Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam
mencegah terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi parah dan
mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitas cacat yang disebabkan oleh
penyakit.
f.
Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang
eksistensi perubahan–perubahan sistem, cara memanfaatkannya dengan efisien dan
efektif.
g.
Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan
sendiri dan bagaimana caranya tanpa selalu meminta pertolongan kepada sistem pelayanan
kesehatan yang formal (Notoatmodjo, 2003, Suliha, 2002).
Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan yaitu :
1)
Dimensi Sasaran
a)
Pendididkan kesehatan individual dengan sasaran
individu.
b)
Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.
c)
Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran
masyarakat.
2)
Dimensi Tempat Pelaksanaannya.
a)
Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah
dengan sasaran murid yang pelaksanaannya diintegrasikan dengan Upaya Kesehatan
Sekolah (UKS).
b)
Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan
di Pusat Kesehatan Masyarakat, Balai Kesehatan, Rumah Sakit Umum maupun khusus
dengan sasaran pasien dan keluarga pasien.
c)
Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan
sasaran buruh atau karyawan.
3)
Tingkat Pelayanan Pendidikan Kesehatan
a)
Promosi kesehatan (Health
Promotion).
b)
Perlindungan khusus (Specific Protection).
c)
Diagnosa dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment).
d)
Pembatasan cacat (Disability
Limitation).
e)
Rehabilitasi (Rehabilitation).
(Mubarak, 2006).
Metode Pembelajaran dalam Pendidikan Kesehatan
1)
Metode ceramah
Ceramah
ialah cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan
langsung pada sekelompok peserta didik.
2)
Metode diskusi kelompok
Diskusi kelompok ialah percakapan yang direncanakan atau dipersiapkan diantara tiga
orang atau lebih tentang topik tertentu dengan seorang pemimpin, untuk
memecahkan suatu permasalahan serta membuat suatu keputusan.
3)
Metode panel
Panel adalah pembicara yang sudah
direncanakan di depan pengunjung tentang sebuah topik dan diperlukan tiga
panelis atau lebih serta diperlukan seorang pemimpin. Dalam diskusi panel
audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan sebagai peninjau para panelis
yang sedang berdiskusi.
4)
Metode forum panel
Forum panel adalah panel yang didalamnya
pengunjung berpartisipasi dalam diskusi, misalnya audiens disuruh untuk
merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.
5)
Metode permainan peran
Bermain peran adalah metode pembelajaran
sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasikan peristiwa
sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang
mungkin muncul pada masa mendatang.
6)
Metode simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan membahas
suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian.
Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka
simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan.
7)
Metode Demonstrasi
Metode
demonstrasi adalah metode penyajian pembelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan
kepada peserta didik tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik
sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. (Sanjaya, 2008).
Media atau Alat Bantu Pembelajaran dalam Pendidikan
Kesehatan
Alat bantu pembelajaran adalah alat-alat yang
digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pengajaran dan biasanya dengan
menggunakan alat peraga pengajaran. Alat peraga pada dasarnya dapat membantu
sasaran pendidik untuk menerima pelajaran dengan menggunakan panca inderanya.
Semakin banyak indera yang digunakan
dalam menerima pelajaran semakin baik penerimaan
pelajaran (Suliha, 2002).
Macam-macam media atau alat bantu tersebut adalah sebagai
berikut:
1)
Media
auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja atau media yang hanya memiliki
unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
2)
Media visual, yaitu
media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara, seperti film slide, foto, transparansi, lukisan,
gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis.
3)
Media audio
visual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung
unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara. Kemampuan media ini
dianggap lebih baik dan lebih menarik.
4)
Media atau alat bantu berdasarkan pembuatannya, yaitu
:
a)
Alat bantu elektronik yang rumit, contohnya: film, film slide, transparansi. Jenis media
ini memerlukan alat proyeksi khusus seperti film projector, slide projector,
operhead projector (OHP).
b)
Alat bantu sederhana, contohnya: leaflet, model buku
bergambar, benda-benda nyata (sayuran, buah-buahan), papan tulis, film chart,
poster, boneka, phanthom, spanduk. Ciri-ciri alat bantu sederhana adalah mudah
dibuat, mudah memperoleh bahan-bahan, ditulis atau digambar dengan sederhana,
memenuhi kebutuhan pengajar, mudah dimengerti serta tidak menimbulkan salah
persepsi.(Sanjaya, 2008, Suliha, 2002).
C. Stress dan Manajemen Penanganan
Pengertian Stress
Stress
adalah suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan
dalam diri dan lingkungan (Rathus dan Nevid , 2002).
Stres
adalah tuntutan terhadap sistem yang menghasilkan ketegangan, kecemasan dan kebutuhan energi,
usaha fisiologis, dan usaha psikologis ekstra (Sundberg dkk, 2007).
Stress
adalah reaksi/respon tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental/beban
kehidupan (Sriati, 2008).
Stress
adalah kondisi dimana seseorang dikatakan stress saat mereka menghadapi
tuntutan-tuntutan yang berasal dari dalam diri dan lingkungannya yang
mengakibatkan suatu ketegangan, kecemasan dan kebutuhan energi.
Rentang
respon sosial dibagi menjadi 2, diantaranya sebagai berikut :
1. Respon
adaptif yaitu respon atau masalah yang masih dapat diselesaikan oleh kita
sendiri dalam batas yang normal. Respon adaptif meliputi sebagai berikut :
a. Solitude
(Menyendiri) : respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah dilakukan dilingkungan sosialnya, dan merupakan suatu cara mengevaluasi
diri untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.
b. Autonomy (Kebebasan)
: respon individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran dan
perasaan dalam hubungan sosial.
c. Mutuality
: respon individu dalam berhubungan interpersonal dimana individu saling
memberi dan menerima.
d. Interdepependence
(saling ketergantungan) : respon individu dimana terdapat saling ketergantungan
dalam melakukan hubungan.
2. Respon
maladaptif yaitu respon yang diberikan individu dalam menyelesaikan masalahnya
menyimpang dari norma-norma dan kebudayaan suatu tempat atau diluar batas
individu tersebut. Respon maladaptif meliputi sebagai berikut :
a. Loneliness
(Kesepian) : gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak
berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketenangan waktu sementara.
b. Exploitation
(pemerasan) : gangguan yang terjadi dimana seseorang selalu mementingkan
keinginannya tanpa memperhatikan orang lain untuk mencari ketenangan pribadi.
c. Withdrawl
(menarik diri) : gangguan yang terjadi dimana sesorang menentukan kesulitan
dalam membina hubungan saling terbuka dengan orang lain, dimana individu
sengaja menghindari hubungan interpersonal ataupun dengan lingkungannya.
d. Paranoid
(curiga) : gangguan yang terjadi apabila seseorang gagal dalam mengembangkan
rasa percaya.
Tingkatan
Stress
Setiap
Individu mempunyai persepsi dan respon yang berbeda-beda terhadap stress.
Persepsi seseorang didasarkan pada keyakinan dan norma, pengalaman, dan pola
hidup, faktor lingkungan, struktur dan fungsi keluarga, tahap perkembangan keluarga,
pengalaman masa lalu dengan stress serta mekanisme koping. Berdasarkan studi
literatur Psychology Foundation of Australia, 2010, ditemukan tingkatan
stress menjadi lima bagian, antara lain:
a.
Stress normal
Stress
normal yang dihadapi secara teratur dan merupakan bagian alamiah dari
kehidupan. Seperti dalam situasi: kelelahan setelah mengerjakan tugas, takut
tidak lulus ujian, merasakan detak jantung berdetak lebih keras setelah
aktivitas (Crowford & Henry, 2003). Stress normal alamiah dan menjadi
penting, karena setiap orang pasti pernah mengalami stres. Bahkan, sejak dalam
kandungan.
b.
Stress ringan
Stress
ringan adalah stresor yang dihadapi secara teratur yang dapat berlangsung
beberapa menit atau jam. Situasi seperti banyak tidur, kemacetan atau dimarahi
dosen. Stresor ini dapat menimbulkan gejala, antara lain bibir sering kering,kesulitan
bernafas (sering terengah-engah), kesulitan menelan, merasa goyah, merasa
lemas, berkeringat berlebihan ketika temperature tidak panas dan tidak setelah
beraktivitas, takut tanpa alasan yang jelas, menyadari denyut jantung walaupun
tidak setelah melakukan aktivitas fisik, tremor pada tangan, dan merasa sangat
lega jika situasi berakhir (Psychology
Foundation of Australia, 2010).
c.
Stress sedang
Stress ini
terjadi lebih lama, antara beberapa jam sampai beberapa hari. Misalnya masalah
perselisihan yang tidak dapat diselesaikan dengan teman atau pacar. Stresor ini
dapat menimbulkan gejala, antara lain mudah marah, bereaksi berlebihan terhadap
suatu situasi, sulit untuk beristirahat, merasa lelah karena cemas, tidak sabar
ketika mengalami penundaan dan menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang
dilakukan, mudah tersinggung, gelisah, dan tidak dapat memaklumi hal apapun
yang menghalangi ketika sedang mengerjakan sesuatu hal, tugas sekolah (Psychology Foundation of Australia,
2010).
d.
Stres berat
Stress berat
adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa minggu sampai beberapa
tahun, seperti perselisihan dengan guru atau teman secara terus menerus,
kesulitan finansial yang berkepanjangan, dan penyakit fisik jangka panjang.
Makin sering dan lama situasi stress, makin tinggi risiko stress yang
ditimbulkan. Stressor ini dapat menimbulkan gejala, antara lain merasa tidak dapat
merasakan perasaan positif, merasa tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan,
merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa depan, sedih dan tertekan,
putus asa, kehilangan minat akan segala hal, merasa tidak berharga sebagai
seorang manusia, berpikir bahwa hidup tidak bermanfaat. Semakin meningkat stress
yang dialami remaja secara bertahap maka akan menurunkan energi dan respon
adaptif (Psychology Foundation of
Australia, 2010).
e.
Sangat berat
Stress
sangat berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa bulan dan
dalam waktu yang tidak dapat ditentukan. Seseorang yang mengalami stress sangat
berat tidak memiliki motivasi untuk hidup dan cenderung pasrah. Seseorang dalam
tingkatan stress ini biasanya teridentifikasi mengalami depresi berat.
2.1.3.3
Gejala Stres
Gejala terjadinya stres secara umum terdiri dari :
a.
Gejala fisik
Beberapa
bentuk gangguan fisik yang sering muncul pada stres adalah nyeri dada, diare
selama beberapa hari, sakit kepala, mual, jantung berdebar, lelah, dan sukar
tidur.
b.
Gejala Psikis
Sementara
bentuk gangguan psikis yang sering terlihat adalah cepat marah, ingatan
melemah, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu menyelesaikan tugas, reaksi
berlebihan terhadap hal sepele, daya kemampuan berkurang, tidak mampu santai
pada saat yang tepat, tidak tahan terhadap suara atau gangguan lain, dan emosi
tidak terkendali.
Etiologi
Stress
dapat terjadi karena terdapat suatu perubahan dalam ruang lingkup pekerjaan,
tanggung jawab, pengambilan keputusan, tempat tinggal, hubungan pribadi, dan
kesehatan. Kondisi tersebut dapat menyebabkan stress, dalam istilah yang lebih
umum disebut stressor. Setiap individu dapat mengalami stress, baik stress
jangka panjang maupun jangka pendek.
Stress
yang dialami seseorang mengakibatkan munculnya konsep stressor yaitu stressor
internal dan stressor eksternal (Potter & Perry, 2005). Stressor internal
berasal dari dalam diri seseorang misalnya : demam, penyakit infeksi,
malnutrisi, kelelahan fisik, kekacauan fungsi biologik yang berkelanjutan.
Berbagai konflik dan frustasi akibat kegagalan untuk mencapai sesuatu yang
diidamkan-idamkan. Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang.
Perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan peran dan sosial, proses
pembelajaran, pekerjaan, serta hubungan interpersonal. Perubahan kondisi
keuangan dan segala akibatnya (menciutnya anggaran keuangan, keterbatasan uang).
Berdasarkan penjabaran singkat tentang stresor, setiap individu harus
beradaptasi dengan stresor yang terjadi pada dirinya dalam rangka bertahan
hidup terhadap stresor yang datang dari internal dan eksternal.
Salah
satu faktor utama penyebab stress pada remaja yaitu tuntutan akademis yang
dinilai terlampau berat, hasil ujian yang buruk, tugas yang menumpuk dan lingkungan
pergaulan. Selain itu, kondisi fisik atau bentuk tubuh menjadi bentuk stress yang
lain. Remaja mempunyai kecenderungan untuk merespon stress berdasarkan situasi dan
kondisi pada saat itu juga. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Walker (2002)
pada 60 orang remaja menghasilkan bahwa penyebab utama ketegangan dan masalah yang
ada pada remaja berasal dari hubungan dengan teman dan keluarga, tekanan dan harapan
dari diri mereka sendiri dan orang lain, tekanan di sekolah oleh guru dan pekerjaan
rumah, tekanan ekonomi dan tragedi yang ada dalam kehidupan mereka misalnya kematian,
perceraian.
Manajemen Stress
Manajemen
stress adalah kemampuan individu untuk mengelola stress yang timbul dalam
kehidupan sehari-hari (Schafer, 2000).
Manajemen
stress adalah untuk mengelola stress agar tidak berbahaya dan mengancam dirinya
sendiri.
a.
Fungsi Manajemen Stress
Manajemen
stress mempunyai fungsi sebagai berikut :
1.
Menenangkan diri, sehingga dapat mengendalikan emosi.
2.
Membantu mencari solusi atau jalan keluar.
3.
Belajar mengatur diri agar menjadi lebih baik dari
persoalan yang sedang dihadapi.
4.
Pematangan diri (semakin sering menghadapi masalah
maka kualitas dirinya semakin matang).
b.
Cara Mengatasi Stress
Untuk
mengatasi stress ada beberapa cara, yaitu :
1.
Relaksasi
Relaksasi
atau berlatih untuk mengatur pernafasan yang dapat dilakukan dengan cara
melemaskan otot syarat seperti meditasi, yoga, latihan pelemasan, pijat, sambil
mendengarkan iringan musik lembut dan tenang. Ada beberapa posisi relaksasi
yang dapat dilakukan antara lain :
a.
Posisi relaksasi dengan terlentang
Letakkan
kaki terpisah satu sama lain dengan jari-jari kaki agak meregang lurus kearah
luar, letakkan pada lengan pada sisi tanpa menyentuh sisi tubuh lain,
pertahankan kepala sejajar dengan tulang belakang dan gunakan bantal yang tipis
dan kecil dibawah kepala.
b.
Posisi relaksasi dengan berbaring miring
Berbaring
miring, kedua lutut ditekuk, dibawah kepala diberi bantal dan dibawah perut
sebaiknya diberi bantal juga, agar tidak menggantung.
c.
Posisi relaksasi dalam keadaan berbarig terlentang
Kedua lutut
ditekuk, berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan disamping
telinga.
d.
Posisi relaksasi dengan duduk
Duduk dengan
seluruh punggung bersandar pada kursi, letakkan kaki datar pada lantai,
letakkan kaki terpisah satu sama lain, gantungkan lengan pada sisi atau
letakkan pada lengan kursi dan pertahankan kepala sejajar dengan tulang
belakang.
2.
Olahraga
Olahraga
secara teratur dapat menurunkan stress dan meningkatkan kepercayaan diri,
seperti berjalan-jalan santai sekitar 20-30 menit
3.
Cerdas Mengatur Ambang Keinginan dan Rencana
Cita-cita
dan harapan bahkan dapat menjadi daya hidup yang mengagumkan tetapi seringkali
stress muncul akibat ketidakmampuan menerima kenyataan yang berbeda dengan
keinginan dan harapan, seperti menikah, membeli rumah, memiliki anak,
merenovasi rumah.
4.
Manajemen Waktu
Waktu yang
selalu terasa sempit, juga bisa menyebabkan stress, tetapi manajemen waktu juga
bisa dikelola seperti membuat jadwal yang akan dilakukan, kerjakan tugas sesuai
dengan waktunya, membuat jadwal waktu untuk beristirahat dan bersantai.
5.
Positive Thinking
Pikiran-pikiran
negatif yang seringkali muncul dapat menyebabkan stres, cemas maupun depresi
obsesif. Hasil penelitian dari Limbert (2004) menyimpulkan bahwa berpikir
positif mempunyai peran dapat membuat individu menerima situasi yang tengah
dihadapi secara lebih positif. Cara untuk tetap berpikir positif misalnya meyakinkan
diri sendiri untuk tetap berpikir positif. Selalu mengambil hikmah dari setiap
kejadian karena sesuatu yang seseorang pikirkan akan berhubungan langsung pada
perasaan atau suasana hatinya dan pada gilirannya juga mempengaruhi kinerja dan
produktifitasnya.
6.
Mencari Dukungan Sekitar
Berbicara
tentang suatu persoalan, mengekspresikan perasaan pada saat merasa kecewa dapat
membantu menenangkan pikiran, maka dari itu mulailah mencari teman dekat,
saudara, atau keluarga yang dapat dipercaya untuk mendengarkan cerita dari
kita. Dukungan orang disekitar kita akan mempengaruhi koping stres seseorang.
7.
Mendengarkan
Musik
Mencari lagu kesukaan dan bisa mendengarkannya sambil tiduran. Lupakan semua masalah yang sedang dialami
dan lebih fokus pada musiknya. Musik bisa membantu otak menjadi lebih rileks.
Selain mendengarkan musik bisa juga bermain musik seperti bermain gitar untuk
mengatasi stress.
8.
Yoga/Meditasi
Melatih yoga serta meditasi bersamaan akan
membantu merilekskan pikiran, tubuh, dan spiritual.
Langkah-langkah meditasi, yaitu :
a.
Tetapkan waktu untuk meditasi
Ketika belajar bagaimana cara bermeditasi yang tepat, harus konsisten dengan waktu yang jalankan
setiap hari untuk melakukan meditasi. Waktu terbaik untuk meditasi adalah saat
di pagi hari ketika tubuh penuh dengan energi dan pikiran masih tetap waspada.
Jika tidak nyaman dengan waktu dipagi hari, bisa melakukannya kapan saja sesuai
kenyamanan Anda. Ada juga mereka yang melakukannya sebelum menjelang tidur dan
ada juga yang bahkan berhasil melakukan meditasi di tengah hari.
b.
Cari tempat yang nyaman dan santai
Pada tahap awal untuk dapat belajar
bagaimana bermeditasi yang baik, sangat penting untuk mencari tempat yang damai
dan santai yang bertujuan untuk mengatur suasana hati. Kebisingan yang
dipengaruhi oleh lingkungan dapat mengganggu suasana hati dan akan membuat
sulit untuk berfokus pada meditasi yang Anda jalankan. Anda bisa melakukannya
di rumah dan matikan semua peralatan dan mesin yang akan merusak atau
mengganggu konsentrasi Anda. Anda juga dapat melakukannya di kebun atau di
tempat lain yang tenang. Anda bisa sambil mengiringinya dengan memutar musik
yang santai untuk memudahkan Anda mencapai kondisi meditasi yang dalam terutama
jika Anda seorang pemula dan baru belajar bagaimana bermeditasi. Musik dapat
membantu rileksasi tubuh dan indera yang penting untuk meditasi.
c.
Siapkan tubuh untuk meditasi
Anda dapat duduk di kursi, di lantai atau tanah. Jika
merasa tidak nyaman, dapat menempatkan bantal di bawah kaki. Tidak perlu
memutar kaki untuk mengasumsikan lotus atau setengah posisi lotus ketika
belajar bagaimana bermeditasi. Yang penting adalah bahwa Anda merasa nyaman dan
tetap menjaga punggung untuk selalu lurus agar pernapasan dapat stabil. Setelah
Anda duduk, rilekskan lengan atau kaki sekaligus jaga tubuh agar tetap
seimbang. Lengan dapat bertumpu pada paha atau biarkan menggantung di sisi,
tergantung kenyamanan. Kemudian rilekskan setiap otot-otot tubuh termasuk wajah
untuk membebaskan diri dari ketegangan. Ini adalah suatu keharusan saat
bermeditasi.
d.
Fokus pada pernapasan
Setelah Anda dibebaskan dari ketegangan otot, langkah
berikutnya adalah fokus pada pernapasan. Jangan pedulikan kualitas pernapasan
atau bunyi pernafasannya, tetapi fokuskan pada pernafasan yang mengalir dalam
tubuh anda.
e.
Visualisasi
Ketika pengalaman Anda sudah mulai jelas. Maka mulai memvisualisasikan tempat
yang dapat menenangkan pikiran. Bayangkan diri Anda berada pada suatu tempat
tersebut yang telah divisualisasikan sebelumnya. Ini adalah langkah terakhir
dari cara bermeditasi.
9.
Hipnotis 5
jari
Hipnotis adalah suatu kondisi yang menyerupai
tidur yang dapat secara sengaja dilakukan kepada seseorang, di mana seseorang
yang dihipnotis bisa menjawab pertanyaan yang diajukan, serta menerima sugesti
dengan tanpa perlawanan. Hipnotis 5 jari ini memberikan sugesti kepada
seseorang untuk menghilangkan pikiran stress atau cemas.
Langganan:
Postingan (Atom)