Senin, 01 Februari 2016

MANAJEMEN STRESS PADA REMAJA


MANAJEMEN STRESS PADA REMAJA
A. Remaja
Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak – kanak dan masa dewasa,  yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun yaitu menjelang masa dewasa muda (Soetjiningsih, 2004).
Remaja adalah suatu masa ketika individu yang berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2006).

2.         Klasifikasi Remaja
Menurut Soetjiningsih (2004) klasifikasi remaja dibagi menjadi 3, yaitu :
1.    Remaja Awal (Early Adolescence) yaitu remaja yang berusia berkisar 11-13 tahun, dimana pada masa ini adalah masa yang paling penting untuk mengetahui pendidikan seks, karena masa ini remaja cepat tertarik dengan lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Oleh karena itu, anak remaja penting untuk mengetahui pendidikan seks sejak dini.
2.    Remaja Madya (Middle Adolescence) yaitu remaja yang berusia berkisar 14-16 tahun, masa ini adalah masa mengenal diri sendiri, menjauhkan diri dari keluarga dan lebih senang bergaul dengan teman-temannya. Remaja mungkin tidak mau berbagi perasaan mereka dengan orangtuanya, jika tidak ditangani secaraserius dapat menimbulkan kesenjangan dalam komunikasi dan hilangnya rasa percaya terhadap orang lain. Pada masa ini remaja memerlukan informasi tentang penularan penyakit menular seksual.
3.    Remaja Akhir (Late Adolescence) yaitu remaja yang berusia berkisar 17-20 tahun. Masa yang sudah lebih terkontrol oleh karena masa ini merupakan masa menuju periode dewasa. Pada masa ini remaja mengenal dirinya sendiri, tahu apa yang menjadi minatnya, mau bersosialisasi dengan orang lain, tidak terlalu egois terhadap keinginannya sendiri, dan dapat membedakan antara hal yang pribadi dengan hal yang umum.

2Ma    Masalah-masalah pada Remaja
Masalah yang terjadi dalam remaja menurut tugas perkembangannya dibagi menjadi 3, diantaranya sebagai berikut :
1.    Masalah yang mungkin timbul karena perkembangan fisik dan psikomotor :
a.    Kecanggungan bergaul antar remaja bahkan dengan orang dewasa sekali pun.
b.    Gejala emosional seperti rasa malu saat menstruasi.
c.    Pemuasan biologis yang tidak tepat.
d.   Perkembangan fisik hormonal dan hormonal yang cepat menimbulkan goncangan.
2.    Masalah yang mungkin timbul berkaitan dengan perkembangan bahasa dan kognitif :
a.    Belajar bahasa asing yang tidak menyenangkan cenderung benci terhadap pelajaran dan gurunya.
b.    Pendidikan.
c.    Ketidakselarasan antara bakat, minat dan kemampuan.
d.   Cenderung berpikir dalam mengambil keputusan hidup.
e.    Sangat rentan dengan pemikiran-pemikiran “sesaat” tetapi dasar logika berpikirnya kuat.
f.     Dengan berkembangnya kognitif pada masa remaja sangat kaya idealisme, pencari idola, rasa ingin tahu, dan ingin diakui, dihargai. Jika potensi ini tidak terfasilitasi dengan tepat sangat mungkin mengalami salah suai.
3.    Masalah yang mungkin timbul berkaitan dengan perkembangan perilaku sosial, emosional, moralitas, dan keagamaan :
a.    Munculnya perilaku anti sosial pada remaja.
b.    Konflik dengan orang tua.
c.    Penyalahgunaan napza.
d.   Mudah digerakkan dalam perilaku destruktif.
e.    Mudah terlibat dalam kegiatan masa.
f.     Seks bebas.
g.    Ikatan solidaritas, nilai, dan tradisi sebaya sangat kuat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja mempunyai permasalahan yang sangat kompleks seiring dengan masa transisi yang dialami remaja. Masalah pada remaja yang menimbulkan stress karena tuntutan sosial dan pendidikan, misalnya bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan teman yang karakteristik dan latar belakangnya berbeda, mengembangkan minat dan bakat dalam kegiatan non akademis, mendapatkan nilai yang baik untuk melanjutkan kejenjang berikutnya. Masalah lain yang menonjol di kalangan remaja yaitu permasalahan seputar Seksualitas, HIV dan AIDS, IMS serta Napza.


B. Pendidikan Kesehatan
Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku secara terencana pada diri individu, kelompok atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri menjadi mandiri. Sehingga pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik pengetahuan, sikap maupun ketrampilan agar tercapai hidup sehat secara optimal (Suliha, 2002).

Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu :
a.       Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat.
b.      Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
c.       Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.
d.      Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada kesehatan (dirinya).
e.       Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi parah dan mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitas cacat yang disebabkan oleh penyakit.
f.       Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi perubahan–perubahan sistem, cara memanfaatkannya dengan efisien dan efektif.
g.      Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana caranya tanpa selalu meminta pertolongan kepada sistem pelayanan kesehatan yang formal (Notoatmodjo, 2003, Suliha, 2002).

Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan yaitu :
1)      Dimensi Sasaran
a)      Pendididkan kesehatan individual dengan sasaran individu.
b)      Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.
c)      Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.

2)      Dimensi Tempat Pelaksanaannya.
a)      Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid yang pelaksanaannya diintegrasikan dengan Upaya Kesehatan Sekolah (UKS).
b)      Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di Pusat Kesehatan Masyarakat, Balai Kesehatan, Rumah Sakit Umum maupun khusus dengan sasaran pasien dan keluarga pasien.
c)      Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan.
3)      Tingkat Pelayanan Pendidikan Kesehatan
a)      Promosi kesehatan (Health Promotion).
b)      Perlindungan khusus (Specific Protection).
c)      Diagnosa dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment).
d)     Pembatasan cacat (Disability Limitation).
e)      Rehabilitasi (Rehabilitation). (Mubarak, 2006).

Metode Pembelajaran dalam Pendidikan Kesehatan
1)      Metode ceramah
Ceramah ialah cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung pada sekelompok peserta didik.
2)      Metode diskusi kelompok
           Diskusi kelompok ialah percakapan yang  direncanakan atau dipersiapkan diantara tiga orang atau lebih tentang topik tertentu dengan seorang pemimpin, untuk memecahkan suatu permasalahan serta membuat suatu keputusan.
3)      Metode panel
           Panel adalah pembicara yang sudah direncanakan di depan pengunjung tentang sebuah topik dan diperlukan tiga panelis atau lebih serta diperlukan seorang pemimpin. Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan sebagai peninjau para panelis yang sedang berdiskusi.
4)      Metode forum panel
            Forum panel adalah panel yang didalamnya pengunjung berpartisipasi dalam diskusi, misalnya audiens disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.
5)      Metode permainan peran
           Bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasikan peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang.
6)      Metode simposium
           Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan.
7)      Metode Demonstrasi
           Metode demonstrasi adalah metode penyajian pembelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. (Sanjaya, 2008).

 Media atau Alat Bantu Pembelajaran dalam Pendidikan Kesehatan
Alat bantu pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pengajaran dan biasanya dengan menggunakan alat peraga pengajaran. Alat peraga pada dasarnya dapat membantu sasaran pendidik untuk menerima pelajaran dengan menggunakan panca inderanya. Semakin banyak indera yang digunakan
dalam menerima pelajaran semakin baik penerimaan pelajaran (Suliha, 2002).


Macam-macam media atau alat bantu tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
2)      Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara, seperti film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis.
3)      Media audio visual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik.
4)      Media atau alat bantu berdasarkan pembuatannya, yaitu :
a)      Alat bantu elektronik yang rumit, contohnya: film, film slide, transparansi. Jenis media ini memerlukan alat proyeksi khusus seperti film projector, slide projector, operhead projector (OHP).
b)      Alat bantu sederhana, contohnya: leaflet, model buku bergambar, benda-benda nyata (sayuran, buah-buahan), papan tulis, film chart, poster, boneka, phanthom, spanduk. Ciri-ciri alat bantu sederhana adalah mudah dibuat, mudah memperoleh bahan-bahan, ditulis atau digambar dengan sederhana, memenuhi kebutuhan pengajar, mudah dimengerti serta tidak menimbulkan salah persepsi.(Sanjaya, 2008, Suliha, 2002).


C. Stress dan Manajemen Penanganan
Pengertian Stress
Stress adalah suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan dalam diri dan lingkungan (Rathus dan Nevid , 2002).
Stres adalah tuntutan terhadap sistem yang menghasilkan  ketegangan, kecemasan dan kebutuhan energi, usaha fisiologis, dan usaha psikologis ekstra (Sundberg dkk, 2007).
Stress adalah reaksi/respon tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental/beban kehidupan (Sriati, 2008).
Stress adalah kondisi dimana seseorang dikatakan stress saat mereka menghadapi tuntutan-tuntutan yang berasal dari dalam diri dan lingkungannya yang mengakibatkan suatu ketegangan, kecemasan dan kebutuhan energi.
Rentang respon sosial dibagi menjadi 2, diantaranya sebagai berikut :
1.    Respon adaptif yaitu respon atau masalah yang masih dapat diselesaikan oleh kita sendiri dalam batas yang normal. Respon adaptif meliputi sebagai berikut :
a.    Solitude (Menyendiri) : respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya, dan merupakan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.
b.    Autonomy (Kebebasan) : respon individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran dan perasaan dalam hubungan sosial.
c.    Mutuality : respon individu dalam berhubungan interpersonal dimana individu saling memberi dan menerima.
d.   Interdepependence (saling ketergantungan) : respon individu dimana terdapat saling ketergantungan dalam melakukan hubungan.
2.    Respon maladaptif yaitu respon yang diberikan individu dalam menyelesaikan masalahnya menyimpang dari norma-norma dan kebudayaan suatu tempat atau diluar batas individu tersebut. Respon maladaptif meliputi sebagai berikut :
a.    Loneliness (Kesepian) : gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketenangan waktu sementara.
b.    Exploitation (pemerasan) : gangguan yang terjadi dimana seseorang selalu mementingkan keinginannya tanpa memperhatikan orang lain untuk mencari ketenangan pribadi.
c.    Withdrawl (menarik diri) : gangguan yang terjadi dimana sesorang menentukan kesulitan dalam membina hubungan saling terbuka dengan orang lain, dimana individu sengaja menghindari hubungan interpersonal ataupun dengan lingkungannya.
d.   Paranoid (curiga) : gangguan yang terjadi apabila seseorang gagal dalam mengembangkan rasa percaya.
 Tingkatan Stress

Setiap Individu mempunyai persepsi dan respon yang berbeda-beda terhadap stress. Persepsi seseorang didasarkan pada keyakinan dan norma, pengalaman, dan pola hidup, faktor lingkungan, struktur dan fungsi keluarga, tahap perkembangan keluarga, pengalaman masa lalu dengan stress serta mekanisme koping. Berdasarkan studi literatur Psychology Foundation of Australia, 2010, ditemukan tingkatan stress menjadi lima bagian, antara lain:
a.    Stress normal
Stress normal yang dihadapi secara teratur dan merupakan bagian alamiah dari kehidupan. Seperti dalam situasi: kelelahan setelah mengerjakan tugas, takut tidak lulus ujian, merasakan detak jantung berdetak lebih keras setelah aktivitas (Crowford & Henry, 2003). Stress normal alamiah dan menjadi penting, karena setiap orang pasti pernah mengalami stres. Bahkan, sejak dalam kandungan.
b.    Stress ringan
Stress ringan adalah stresor yang dihadapi secara teratur yang dapat berlangsung beberapa menit atau jam. Situasi seperti banyak tidur, kemacetan atau dimarahi dosen. Stresor ini dapat menimbulkan gejala, antara lain bibir sering kering,kesulitan bernafas (sering terengah-engah), kesulitan menelan, merasa goyah, merasa lemas, berkeringat berlebihan ketika temperature tidak panas dan tidak setelah beraktivitas, takut tanpa alasan yang jelas, menyadari denyut jantung walaupun tidak setelah melakukan aktivitas fisik, tremor pada tangan, dan merasa sangat lega jika situasi berakhir (Psychology Foundation of Australia, 2010).


c.    Stress sedang
Stress ini terjadi lebih lama, antara beberapa jam sampai beberapa hari. Misalnya masalah perselisihan yang tidak dapat diselesaikan dengan teman atau pacar. Stresor ini dapat menimbulkan gejala, antara lain mudah marah, bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi, sulit untuk beristirahat, merasa lelah karena cemas, tidak sabar ketika mengalami penundaan dan menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang dilakukan, mudah tersinggung, gelisah, dan tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi ketika sedang mengerjakan sesuatu hal, tugas sekolah (Psychology Foundation of Australia, 2010).
d.   Stres berat
Stress berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun, seperti perselisihan dengan guru atau teman secara terus menerus, kesulitan finansial yang berkepanjangan, dan penyakit fisik jangka panjang. Makin sering dan lama situasi stress, makin tinggi risiko stress yang ditimbulkan. Stressor ini dapat menimbulkan gejala, antara lain merasa tidak dapat merasakan perasaan positif, merasa tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan, merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa depan, sedih dan tertekan, putus asa, kehilangan minat akan segala hal, merasa tidak berharga sebagai seorang manusia, berpikir bahwa hidup tidak bermanfaat. Semakin meningkat stress yang dialami remaja secara bertahap maka akan menurunkan energi dan respon adaptif (Psychology Foundation of Australia, 2010).
e.    Sangat berat
Stress sangat berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa bulan dan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan. Seseorang yang mengalami stress sangat berat tidak memiliki motivasi untuk hidup dan cenderung pasrah. Seseorang dalam tingkatan stress ini biasanya teridentifikasi mengalami depresi berat.


2.1.3.3 Gejala Stres
Gejala terjadinya stres secara umum terdiri dari :
a.    Gejala fisik
Beberapa bentuk gangguan fisik yang sering muncul pada stres adalah nyeri dada, diare selama beberapa hari, sakit kepala, mual, jantung berdebar, lelah, dan sukar tidur.
b.    Gejala Psikis
Sementara bentuk gangguan psikis yang sering terlihat adalah cepat marah, ingatan melemah, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu menyelesaikan tugas, reaksi berlebihan terhadap hal sepele, daya kemampuan berkurang, tidak mampu santai pada saat yang tepat, tidak tahan terhadap suara atau gangguan lain, dan emosi tidak terkendali.

Etiologi
Stress dapat terjadi karena terdapat suatu perubahan dalam ruang lingkup pekerjaan, tanggung jawab, pengambilan keputusan, tempat tinggal, hubungan pribadi, dan kesehatan. Kondisi tersebut dapat menyebabkan stress, dalam istilah yang lebih umum disebut stressor. Setiap individu dapat mengalami stress, baik stress jangka panjang maupun jangka pendek.
Stress yang dialami seseorang mengakibatkan munculnya konsep stressor yaitu stressor internal dan stressor eksternal (Potter & Perry, 2005). Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang misalnya : demam, penyakit infeksi, malnutrisi, kelelahan fisik, kekacauan fungsi biologik yang berkelanjutan. Berbagai konflik dan frustasi akibat kegagalan untuk mencapai sesuatu yang diidamkan-idamkan. Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang. Perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan peran dan sosial, proses pembelajaran, pekerjaan, serta hubungan interpersonal. Perubahan kondisi keuangan dan segala akibatnya (menciutnya anggaran keuangan, keterbatasan uang). Berdasarkan penjabaran singkat tentang stresor, setiap individu harus beradaptasi dengan stresor yang terjadi pada dirinya dalam rangka bertahan hidup terhadap stresor yang datang dari internal dan eksternal.
Salah satu faktor utama penyebab stress pada remaja yaitu tuntutan akademis yang dinilai terlampau berat, hasil ujian yang buruk, tugas yang menumpuk dan lingkungan pergaulan. Selain itu, kondisi fisik atau bentuk tubuh menjadi bentuk stress yang lain. Remaja mempunyai kecenderungan untuk merespon stress berdasarkan situasi dan kondisi pada saat itu juga. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Walker (2002) pada 60 orang remaja menghasilkan bahwa penyebab utama ketegangan dan masalah yang ada pada remaja berasal dari hubungan dengan teman dan keluarga, tekanan dan harapan dari diri mereka sendiri dan orang lain, tekanan di sekolah oleh guru dan pekerjaan rumah, tekanan ekonomi dan tragedi yang ada dalam kehidupan mereka misalnya kematian, perceraian.
Manajemen Stress
Manajemen stress adalah kemampuan individu untuk mengelola stress yang timbul dalam kehidupan sehari-hari (Schafer, 2000).
Manajemen stress adalah untuk mengelola stress agar tidak berbahaya dan mengancam dirinya sendiri.
a.    Fungsi Manajemen Stress
Manajemen stress mempunyai fungsi sebagai berikut :
1.      Menenangkan diri, sehingga dapat mengendalikan emosi.
2.      Membantu mencari solusi atau jalan keluar.
3.      Belajar mengatur diri agar menjadi lebih baik dari persoalan yang sedang dihadapi.
4.      Pematangan diri (semakin sering menghadapi masalah maka kualitas dirinya semakin matang).

b.    Cara Mengatasi Stress
Untuk mengatasi stress ada beberapa cara, yaitu :
1.      Relaksasi
Relaksasi atau berlatih untuk mengatur pernafasan yang dapat dilakukan dengan cara melemaskan otot syarat seperti meditasi, yoga, latihan pelemasan, pijat, sambil mendengarkan iringan musik lembut dan tenang. Ada beberapa posisi relaksasi yang dapat dilakukan antara lain :
a.       Posisi relaksasi dengan terlentang
Letakkan kaki terpisah satu sama lain dengan jari-jari kaki agak meregang lurus kearah luar, letakkan pada lengan pada sisi tanpa menyentuh sisi tubuh lain, pertahankan kepala sejajar dengan tulang belakang dan gunakan bantal yang tipis dan kecil  dibawah kepala.
b.      Posisi relaksasi dengan berbaring miring
Berbaring miring, kedua lutut ditekuk, dibawah kepala diberi bantal dan dibawah perut sebaiknya diberi bantal juga, agar tidak menggantung.
c.       Posisi relaksasi dalam keadaan berbarig terlentang
Kedua lutut ditekuk, berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan disamping telinga.
d.      Posisi relaksasi dengan duduk
Duduk dengan seluruh punggung bersandar pada kursi, letakkan kaki datar pada lantai, letakkan kaki terpisah satu sama lain, gantungkan lengan pada sisi atau letakkan pada lengan kursi dan pertahankan kepala sejajar dengan tulang belakang.


2.      Olahraga
Olahraga secara teratur dapat menurunkan stress dan meningkatkan kepercayaan diri, seperti berjalan-jalan santai sekitar 20-30 menit
3.      Cerdas Mengatur Ambang Keinginan dan Rencana
Cita-cita dan harapan bahkan dapat menjadi daya hidup yang mengagumkan tetapi seringkali stress muncul akibat ketidakmampuan menerima kenyataan yang berbeda dengan keinginan dan harapan, seperti menikah, membeli rumah, memiliki anak, merenovasi rumah.
4.      Manajemen Waktu
Waktu yang selalu terasa sempit, juga bisa menyebabkan stress, tetapi manajemen waktu juga bisa dikelola seperti membuat jadwal yang akan dilakukan, kerjakan tugas sesuai dengan waktunya, membuat jadwal waktu untuk beristirahat dan bersantai.
5.      Positive Thinking
Pikiran-pikiran negatif yang seringkali muncul dapat menyebabkan stres, cemas maupun depresi obsesif. Hasil penelitian dari Limbert (2004) menyimpulkan bahwa berpikir positif mempunyai peran dapat membuat individu menerima situasi yang tengah dihadapi secara lebih positif. Cara untuk tetap berpikir positif misalnya meyakinkan diri sendiri untuk tetap berpikir positif. Selalu mengambil hikmah dari setiap kejadian karena sesuatu yang seseorang pikirkan akan berhubungan langsung pada perasaan atau suasana hatinya dan pada gilirannya juga mempengaruhi kinerja dan produktifitasnya.
6.      Mencari Dukungan Sekitar
Berbicara tentang suatu persoalan, mengekspresikan perasaan pada saat merasa kecewa dapat membantu menenangkan pikiran, maka dari itu mulailah mencari teman dekat, saudara, atau keluarga yang dapat dipercaya untuk mendengarkan cerita dari kita. Dukungan orang disekitar kita akan mempengaruhi koping stres seseorang.
7.      Mendengarkan Musik
Mencari lagu kesukaan dan bisa mendengarkannya sambil tiduran. Lupakan semua masalah yang sedang dialami dan lebih fokus pada musiknya. Musik bisa membantu otak menjadi lebih rileks. Selain mendengarkan musik bisa juga bermain musik seperti bermain gitar untuk mengatasi stress.
8.      Yoga/Meditasi
Melatih yoga serta meditasi bersamaan akan membantu merilekskan pikiran, tubuh, dan spiritual. Langkah-langkah meditasi, yaitu :
a.       Tetapkan waktu untuk meditasi
Ketika belajar bagaimana cara bermeditasi yang tepat,  harus konsisten dengan waktu yang jalankan setiap hari untuk melakukan meditasi. Waktu terbaik untuk meditasi adalah saat di pagi hari ketika tubuh penuh dengan energi dan pikiran masih tetap waspada. Jika tidak nyaman dengan waktu dipagi hari, bisa melakukannya kapan saja sesuai kenyamanan Anda. Ada juga mereka yang melakukannya sebelum menjelang tidur dan ada juga yang bahkan berhasil melakukan meditasi di tengah hari.
b.      Cari tempat yang nyaman dan santai
Pada tahap awal untuk dapat belajar bagaimana bermeditasi yang baik, sangat penting untuk mencari tempat yang damai dan santai yang bertujuan untuk mengatur suasana hati. Kebisingan yang dipengaruhi oleh lingkungan dapat mengganggu suasana hati dan akan membuat sulit untuk berfokus pada meditasi yang Anda jalankan. Anda bisa melakukannya di rumah dan matikan semua peralatan dan mesin yang akan merusak atau mengganggu konsentrasi Anda. Anda juga dapat melakukannya di kebun atau di tempat lain yang tenang. Anda bisa sambil mengiringinya dengan memutar musik yang santai untuk memudahkan Anda mencapai kondisi meditasi yang dalam terutama jika Anda seorang pemula dan baru belajar bagaimana bermeditasi. Musik dapat membantu rileksasi tubuh dan indera yang penting untuk meditasi.
c.       Siapkan tubuh untuk meditasi
Anda dapat duduk di kursi, di lantai atau tanah. Jika merasa tidak nyaman, dapat menempatkan bantal di bawah kaki. Tidak perlu memutar kaki untuk mengasumsikan lotus atau setengah posisi lotus ketika belajar bagaimana bermeditasi. Yang penting adalah bahwa Anda merasa nyaman dan tetap menjaga punggung untuk selalu lurus agar pernapasan dapat stabil. Setelah Anda duduk, rilekskan lengan atau kaki sekaligus jaga tubuh agar tetap seimbang. Lengan dapat bertumpu pada paha atau biarkan menggantung di sisi, tergantung kenyamanan. Kemudian rilekskan setiap otot-otot tubuh termasuk wajah untuk membebaskan diri dari ketegangan. Ini adalah suatu keharusan saat bermeditasi.
d.      Fokus pada pernapasan
Setelah Anda dibebaskan dari ketegangan otot, langkah berikutnya adalah fokus pada pernapasan. Jangan pedulikan kualitas pernapasan atau bunyi pernafasannya, tetapi fokuskan pada pernafasan yang mengalir dalam tubuh anda.



e.       Visualisasi
Ketika pengalaman Anda sudah mulai jelas. Maka mulai memvisualisasikan tempat yang dapat menenangkan pikiran. Bayangkan diri Anda berada pada suatu tempat tersebut yang telah divisualisasikan sebelumnya. Ini adalah langkah terakhir dari cara bermeditasi.

9.      Hipnotis 5 jari
Hipnotis adalah suatu kondisi yang menyerupai tidur yang dapat secara sengaja dilakukan kepada seseorang, di mana seseorang yang dihipnotis bisa menjawab pertanyaan yang diajukan, serta menerima sugesti dengan tanpa perlawanan. Hipnotis 5 jari ini memberikan sugesti kepada seseorang untuk menghilangkan pikiran stress atau cemas.


























 




                                                       











Tidak ada komentar:

Posting Komentar